PAI
1. Pengertian Toleransi
Toleransi dalam bahasa Arab berarti tasāmuḥ. Tasāmuḥ sendiri berasal dari kata dasar dalam bahasa Arab samaḥa yang berarti mengizinkan atau memperbolehkan. Salah satu contoh penggunaan kata samaḥa dalam bentuk kata sifat (al-samḥah) terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas.
Pesan yang tersirat pada riwayat tersebut adalah bahwa keteguhan iman ditandai bukan dengan sikap angkuh terhadap orang yang berbeda keyakinan. Justru sebaliknya, kuatnya iman itu memantulkan sikap-sikap tawaḍu, rasa hormat, tasāmuḥ (toleran) dan terbuka terhadap yang lain.
Secara istilah toleransi diartikan sebagai sikap menghormati orang lain atas pelaksanaan hak-haknya. Toleransi mengarahkan kepada sikap terbuka dan mengakui adanya perbedaan, baik suku, agama, ras, maupun antar golongan (SARA). Toleransi mengajarkan bahwa setiap orang, dalam berbagai perbedaan itu, memiliki hak yang harus dihormati. Selain hak untuk dihormati, setiap orang juga memiliki hak untuk menjalankan keyakinannya dalam perbedaan masing-masing.
2. Mengembangkan Toleransi Antar dan Intern umat beragama
a. Kebebasan Beragama dalam Islam dan Toleransi Antar Umat beragama Sikap toleran dalam kehidupan beragama akan dapat terwujud apabila ada kebebasan dalam masyarakat untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Prinsip kebebasan beragama ini sangat dianjurkan dalam ajaran agama Islam. Islam melarang secara tegas untuk melakukan pemaksaan agama terhadap orang lain. Ajaran tentang kebebasan beragama ini terdapat dalam Q.s: Al-Baqarah /2:256. Ayat tersebut turun berkaitan dengan riwayat seorang sahabat anṣar dari Bani Salim bin Auf yang bernama Husein. Ia memiliki dua anak yang masih beragama Nasrani. Sedangkan ia sendiri sudah memeluk agama Islam. Husein bertanya kepada Rasulullah Saw, apakah ia harus memaksa dua anaknya itu agar masuk Islam. Kemudian turunlah surah al-Baqarah/2:256 tersebut. Dengan demikian segala bentuk pemaksaan terhadap manusia untuk memeluk suatu agama tidak dibenarkan dalam Islam. Allah Swt menghendaki iman yang tulus tanpa pamrih dan paksaan. Para nabi dan rasul itu bertugas sebatas memberi kabar gembira, peringatan, dan menyampaikan ajakan, serta di hari akhir kelak menjadi saksi atas keimanan umatnya.
Nabi tidak bertugas untuk memaksa manusia memeluk agama Islam. Umat manusialah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt tentang sikapnya dalam merespon seruan para nabi dan rasul. Demikian juga para ulama, kyai, guru, ustadz, dan kita semua, yang hanya bertugas menyampaikan dakwah. Tidak ada paksaan kepada orang lain untuk mengikuti dakwah kita. Mereka memiliki kebebasan yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hari akhir.Meskipun demikian, yang perlu kalian pahami adalah prinsip kebebasan beragama tersebut tidak berhubungan dengan kebenaran suatu agama.
Prinsip kebebasan agama bukan berarti Islam mengakui semua agama adalah benar. Sebagai seorang muslim, kita harus yakin bahwa Islamlah agama yang benar. Adapun prinsip kebebasan beragama kebebasan seseorang dalam beragama yang didasarkan pada kerelaan dan ketulusan hati tanpa paksaan.Berdasarkan prinsip kebebasan beragama ini, Islam mengajarkan bentuk-bentuk toleransi sebagai berikut.
1) Menghargai keberadaan agama selain Islam Penghargaan Islam terhadap keberadaan agama lain didasarkan pada pengakuan Islam terhadap kemajemukan. Islam mengakui bahwa kemajemukan merupakan kehendak Allah Swt. Allah menciptakan manusia dengan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berbeda warna kulit, dan juga berbeda agama. Perbedaan ini adalah sunnatullah. Maksudnya Perbedaan-perbedaan itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terjadi secara alamiah sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Di tengah kemajemukan ini, Islam mengajarkan untuk menegakkan prinsip persaudaraan dan mengikis habis segala bentuk fanatisme golongan maupun kelompok. Dengan persaudaraan masyarakat dapat melakukan kerjasama sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan, termasuk perbedaan akidah. Perbedaan yang ada tidak dimaksudkan untuk menunjukkan superioritas terhadap yang lain, melainkan untuk saling mengenal dan menegakkan prinsip persatuan, persaudaraan, persamaan, dan kebebasan.
2) Menghormati keyakinan dan simbol kesucian agama lain
Toleransi beragama akan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat apabila ada sikap saling menghormati terhadap keyakinan agama masingmasing. Karena itulah Islam melarang untuk melakukan penghinaan terhadap keyakinan dan simbol-simbol kesucian agama lain. Keyakinan dan simbol kesucian agama lain harus dihormati oleh umat Islam.
Menghormati keyakinan dan simbol agama lain pada dasarnya merupakan penghormatan terhadap keyakinan dan simbol kesucian agama Islam. Manusia sangat mudah terpancing emosinya bila agama dan kepercayaannya dicemooh orang lain. Emosi itu dapat menyebabkan orang yang dicemooh membalas dengan cemoohan yang sama. Akibatnya keyakinan dan simbol kesucian Islam pun dicemooh oleh orang. Karena itulah Islam melarang mencemooh keyakinan dan simbol kesucian agama lain sehingga tercipta rasa aman serta hubungan yang harmonis antar umat beragama.
3) Bekerjasama dengan pemeluk agama lain Islam mendorong umat Islam untuk bekerjasama dengan pemeluk agama lain. Perbedaan yang ada dalam keyakinan dan praktik keagamaan tidak perlu dipertentangkan. Islam mengajarkan untuk mencari suatu pandangan yang sama dengan umat beragama lain agar bisa saling bekerjasama dan berkompetisi menuju kebaikan. Gotong royong yang dipraktikkan warga Desa Gedong dalam rubrik Mari Bertafakur merupakan salah satu contoh dari kerjasama ini.
Perlu juga untuk kalian ketahui bahwa kerjasama yang dibangun Islam adalah sikap saling menghormati antar umat beragama tanpa mencampuradukkan persoalan akidah. Kerjasama yang dikembangkan berada dalam wilayah muamalah, yaitu hubungan yang bersifat horisontal antar sesama manusia, masalah-masalah kemanusiaan, atau persoalan sosial kemasyarakatan. Jika sudah berhubungan dengan keyakinan dan ibadah, maka prinsip yang berlaku adalah “bagiku agamaku dan bagimu agamamu”.
b. Keragaman Umat Islam dan Toleransi Intern Umat beragama Siswa yang budiman, bangsa Indonesia adalah bangsa dengan jumlah pemeluk Islam yang terbesar di dunia. Ada keragaman di tengah jumlah pemeluk Islam yang sangat besar itu. Umat Islam Indonesia mengekspresikan keislamannya dengan cara yang berbeda-beda. Ada kemajemukan yang sangat kompleks, mulai dari cara beragama, budaya, organisasi, sosial, sampai keragaman politik.
Di tengah keragaman yang sangat kompleks ini, perlu dikembangkan sikap toleran intern umat Islam. Toleransi dalam keragaman ini bisa diwujudkan dengan ikatan persaudaraan yang disebut dengan al-ukhuwwah al-islāmiyyah atau persaudaraan Islam. Prinsip-prinsip dalam persaudaraan Islam dijelaskan di dalam Q.S. al-Hujurat/49: 10 - 14 sebagai berikut.
1) Di antara sesama orang yang beriman adalah saudara. Jika ada perselisihan, maka damaikanlah di antara keduanya.
2) Hindari perbuatan menghina kelompok yang lain, karena bisa jadi kelompok yang dihina itu lebih baik dari pada yang menghina
3) Hindari perbuatan saling mencela
4) Berbaik sangka terhadap sesama
5) Hindari perbuatan saling mencari kesalahan
6) Hindari perbuatan membicarakan kejelekan sesama
7) Saling berta’aruf di antara sesama
Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip ini, keragaman tidak akan menjadi sumber perpecahan. Sebaliknya keragaman bisa menjadi kekuatan.
Komentar
Posting Komentar